Saya biasanya menghabiskan waktu senggang dengan menonton serial televisi. Salah satu yang rajin saya ikuti sampai sekarang adalah "Suits", bercerita tentang kehidupan pengacara di sebuah firma hukum besar di New York. Tanpa disadari, saya ternyata bisa menarik beberapa pelajaran karir dari karakter Harvey Specter.
Harvey Specter (diperankan dengan pas banget oleh Gabriel Macht), disebut sebagai ‘the best closer New York has ever seen’, memang karakternya kuat banget. Pintar (nggak perlu diragukan, lah, ya—lulusan Harvard Law School), cerdas, karismatik, dan visi misi hidupnya jelas banget. Sering berpikir outside the box. Dan ini adalah hal yang bisa kita pelajari dari Harvey Specter.
1. I don’t play the odds, I play the man.
Artinya kurang lebih begini: dalam hidup jangan hanya mengandalkan logika (play the odds), tapi strategi
kita menghadapi orang lain harus disesuaikan dengan siapa yang kita hadapi (play the man). Memang sih,
seharusnya kita menggunakan logika ketika mengambil suatu keputusan, saat berusaha menjual sebuah
produk, menyasar seorang klien atau berusaha untuk menggolkan suatu proyek. Logika memang bisa
membantu kita untuk sukses, tapi untuk menjadi yang teratas kita harus belajar bagaimana membaca
emosi di balik setiap karakter orang yang kita hadapi, karena hal itu akan memberikan kita informasi lebih
yang logika tidak bisa berikan.
2. Penampilan sama pentingnya dengan kemampuan kita Pasti semua setuju bahwa penampilan Harve
Specter di sini tanpa cela. Semua suits alias setelan jas yang ia kenakan tampaknya dijahit khusus untuk
Harvey Specter . Melihat penampilannya, mau nggak mau pasti kita langsung mempersepsikannya dengan hal-hal yang bagus.
Ketika bertemu orang untuk pertama kalinya, mau nggak mau yang diperhatikan adalah bagaimana penampilan kita—cara kita berpakaian, rambut, dandanan dan hal-hal lain yang bersifat fisik. Kadang kita nggak bisa menerapkan prinsip don’t judge the book by its cover, karena mungkin nggak akan ada waktu bagi orang lain untuk mengenal kita lebih jauh dari kesan pertama. Nggak perlu sampai mengenakan jas dari Tom Ford seperti Harvey, tapi setidaknya kita bisa membuat penampilan terlihat menarik sesuai dengan karakter, situasi, dan kemampuan kita sendiri. Karena bagaimana kita merepresentasikan diri adalah kunci penting dari bagaimana orang melihat dan menilai kita.
3. Don’t try to lose small, try to win big
Ini kurang lebih seperti melihat apakah gelas itu setengah penuh atau setengah kosong. Kalau kita selalu
berpikir tentang bagaimana supaya nggak mengalami kerugian terlalu banyak, kita nggak akan pernah
mencapai hal yang besar dalam hidup. Jika kita menginginkan sesuatu (yang besar) untuk diri kita, kita
harus mengeluarkan diri kita dari zona nyaman dan mengejar mimpi tersebut. Ketika ada kesempatan, kita harus memanfaatkannya semaksimal mungkin, jangan berpuas diri dengan hasil hanya seadanya. Hal
seperti ini yang menahan kita dari mencapai kesuksesan di masa depan.
4. Hidup nggak seru kalau nggak mengambil risiko
Bukan artinya kita harus berhubungan dengan bad boys juga, sih. Tapi salah satu kunci untuk menjadi
sukses dalam hidup adalah kemampuan seseorang untuk mau mengambil risiko. Tanpa risiko, hidup akan
seperti naik perahu di istana boneka Dufan—sekali-sekali menarik, tapi kalau terus-terusan akan
membosankan. Lagi pula, risiko adalah hal yang nggak mungkin dilepaskan dari hidup itu sendiri. Tapi
sebelum kita memutuskan untuk mengambil risiko akan suatu hal, tentunya kita harus tahu, mengerti dan
memperhitungkan dengan detail konsekuensi dari risiko tersebut. Singkatnya: jangan mengambil risiko
dengan gelap mata—karena hanya akan berakhir dengan kekacauan luar biasa.
5. Jangan hanya bercerita tentang masalah: perbaiki masalahnya
Saat ini kita hidup di dalam era di mana segala sesuatu berjalan dengan cepat: deadline seperti mengejar
nggak henti-henti, 24 jam sehari rasanya nggak pernah cukup, dan waktu nggak pernah berada di sisi
yang sama dengan kita.
Ketika kita menghadapi suatu masalah di pekerjaan, nggak ada orang yang memiliki waktu untuk mendengarkan kita mengeluh terus menerus tentang masalah yang kita hadapi. Semua orang punya masalah masing-masing. Lagipula, kita berada dalam posisi sekarang karena ada alasannya, misalnya karena atasan kita percaya bahwa kita adalah orang yang tepat untuk posisi ini. Tentunya ia juga percaya bahwa kita dapat menangani masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam posisi tersebut.
Orang akan menghargai jika kita memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien. Jadi, daripada menghabiskan waktu untuk mengadu dan mengeluh, sebaiknya kita mencari penyelesaian untuk masalah tersebut. Karena masalah itu nggak akan pernah selesai kalau kita nggak bergerak untuk menyelesaikannya. Dan setiap detik yang kita habiskan hanya dengan mengeluhkan masalah tersebut tanpa berbuat apa-apa adalah setiap detik yang terbuang sia-sia dalam hidup kita.
Harvey Specter (diperankan dengan pas banget oleh Gabriel Macht), disebut sebagai ‘the best closer New York has ever seen’, memang karakternya kuat banget. Pintar (nggak perlu diragukan, lah, ya—lulusan Harvard Law School), cerdas, karismatik, dan visi misi hidupnya jelas banget. Sering berpikir outside the box. Dan ini adalah hal yang bisa kita pelajari dari Harvey Specter.
1. I don’t play the odds, I play the man.
Artinya kurang lebih begini: dalam hidup jangan hanya mengandalkan logika (play the odds), tapi strategi
kita menghadapi orang lain harus disesuaikan dengan siapa yang kita hadapi (play the man). Memang sih,
seharusnya kita menggunakan logika ketika mengambil suatu keputusan, saat berusaha menjual sebuah
produk, menyasar seorang klien atau berusaha untuk menggolkan suatu proyek. Logika memang bisa
membantu kita untuk sukses, tapi untuk menjadi yang teratas kita harus belajar bagaimana membaca
emosi di balik setiap karakter orang yang kita hadapi, karena hal itu akan memberikan kita informasi lebih
yang logika tidak bisa berikan.
2. Penampilan sama pentingnya dengan kemampuan kita Pasti semua setuju bahwa penampilan Harve
Specter di sini tanpa cela. Semua suits alias setelan jas yang ia kenakan tampaknya dijahit khusus untuk
Harvey Specter . Melihat penampilannya, mau nggak mau pasti kita langsung mempersepsikannya dengan hal-hal yang bagus.
Ketika bertemu orang untuk pertama kalinya, mau nggak mau yang diperhatikan adalah bagaimana penampilan kita—cara kita berpakaian, rambut, dandanan dan hal-hal lain yang bersifat fisik. Kadang kita nggak bisa menerapkan prinsip don’t judge the book by its cover, karena mungkin nggak akan ada waktu bagi orang lain untuk mengenal kita lebih jauh dari kesan pertama. Nggak perlu sampai mengenakan jas dari Tom Ford seperti Harvey, tapi setidaknya kita bisa membuat penampilan terlihat menarik sesuai dengan karakter, situasi, dan kemampuan kita sendiri. Karena bagaimana kita merepresentasikan diri adalah kunci penting dari bagaimana orang melihat dan menilai kita.
3. Don’t try to lose small, try to win big
Ini kurang lebih seperti melihat apakah gelas itu setengah penuh atau setengah kosong. Kalau kita selalu
berpikir tentang bagaimana supaya nggak mengalami kerugian terlalu banyak, kita nggak akan pernah
mencapai hal yang besar dalam hidup. Jika kita menginginkan sesuatu (yang besar) untuk diri kita, kita
harus mengeluarkan diri kita dari zona nyaman dan mengejar mimpi tersebut. Ketika ada kesempatan, kita harus memanfaatkannya semaksimal mungkin, jangan berpuas diri dengan hasil hanya seadanya. Hal
seperti ini yang menahan kita dari mencapai kesuksesan di masa depan.
4. Hidup nggak seru kalau nggak mengambil risiko
Bukan artinya kita harus berhubungan dengan bad boys juga, sih. Tapi salah satu kunci untuk menjadi
sukses dalam hidup adalah kemampuan seseorang untuk mau mengambil risiko. Tanpa risiko, hidup akan
seperti naik perahu di istana boneka Dufan—sekali-sekali menarik, tapi kalau terus-terusan akan
membosankan. Lagi pula, risiko adalah hal yang nggak mungkin dilepaskan dari hidup itu sendiri. Tapi
sebelum kita memutuskan untuk mengambil risiko akan suatu hal, tentunya kita harus tahu, mengerti dan
memperhitungkan dengan detail konsekuensi dari risiko tersebut. Singkatnya: jangan mengambil risiko
dengan gelap mata—karena hanya akan berakhir dengan kekacauan luar biasa.
5. Jangan hanya bercerita tentang masalah: perbaiki masalahnya
Saat ini kita hidup di dalam era di mana segala sesuatu berjalan dengan cepat: deadline seperti mengejar
nggak henti-henti, 24 jam sehari rasanya nggak pernah cukup, dan waktu nggak pernah berada di sisi
yang sama dengan kita.
Ketika kita menghadapi suatu masalah di pekerjaan, nggak ada orang yang memiliki waktu untuk mendengarkan kita mengeluh terus menerus tentang masalah yang kita hadapi. Semua orang punya masalah masing-masing. Lagipula, kita berada dalam posisi sekarang karena ada alasannya, misalnya karena atasan kita percaya bahwa kita adalah orang yang tepat untuk posisi ini. Tentunya ia juga percaya bahwa kita dapat menangani masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam posisi tersebut.
Orang akan menghargai jika kita memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien. Jadi, daripada menghabiskan waktu untuk mengadu dan mengeluh, sebaiknya kita mencari penyelesaian untuk masalah tersebut. Karena masalah itu nggak akan pernah selesai kalau kita nggak bergerak untuk menyelesaikannya. Dan setiap detik yang kita habiskan hanya dengan mengeluhkan masalah tersebut tanpa berbuat apa-apa adalah setiap detik yang terbuang sia-sia dalam hidup kita.
0 komentar:
Post a Comment